Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Abdurrahman Fadilah
Elvi Syari Pane
Siti Nadhroh
Ulfah
Syarifah Jumilah
Dicky
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling, bimbingan
adalah proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu
memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan
menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma
kehidupan ( agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna
(berbahagia, baik secara personal maupun sosial)”.
Bimbingan dan konseling, “Proses
interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap
muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka
membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah
yang dialaminya”.
Bimbingan dan konseling
identik dengan pendidikan. Artinya, ketika seseorang melakukan praktik
pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik, sebaliknya
apabila seseorang melakukan praktik pendidikan ( mendidik ), berarti ia sedang memberikan bimbingan[1].
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pedagogi
adalah ilmu
atau seni
dalam menjadi seorang guru.
Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran
atau gaya pembelajaran.
Pedagogi juga
kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar.
Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan
dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang
dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran
pemikiran Sokrates.
Kata
"pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani
kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω
ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”). Di
Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan
pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di dalamnya
mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat
latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan
perbekalannya (seperti alat musiknya).
Kata yang
berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan,
sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran,
belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Jadi
landasan pedagogis ialah sistem pembelajaran yang diciptakan dan terbentuk
dalam proses atau siklus hidup bermasyarakat.[2]
Dalam
konsep ajaran islam pendidikan atau preoses belajar mengajar merupakan pondasi
pokok dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan perintah agama. Sejak permulaan
islam di mekkah sudah mentradisikan sistem belajar melalui tempat-tempaat
ibadah dalam bentuk informal dan non formal. Bahkan dalam haditsnya, Rasulullah
SAW memerintahkan belajar dari sejak lahir hingga mati ( hadits ). Belajar
untuk mencari dan mendalami pengetahuan menjadi salah satu syarat utama dalam
mengamalkan syariat islam. Dalam salah satu ayat alquran dinyatakan, tidak
dibenarkan (tidak sah) mengamalkan sesuatu amalan tanpa didasari pengetahuan
yang cukup terhadap amalan yang dilakukan tersebut, atau bisa jadi ditolak dan
tidak diterima amalanya.
Dalam pengembangan teori dan
pelayanan program bimbingan dan penyuluhan konseling yang didasari konsep
ajaran islam, maka pendidikan dan pengajaran menjadi salah satu pilar yang
tidak mungkin dipisahkan. Bagaimanapun juga dalam proses membantu, membimbing,
dan mengarahkan umat islam agar dapat hidup dalam sistem ajaran islam harus
ditempuh melalui cara-cara pnedidikan dan pengajaran. Bnanyak nilai-nilai
pendidikan yang mesti diberikan keapada masyarakat islam, agar ia mampu
menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran islam, serta mampu pula beribadah
dengan sempurna menurut ketentuan Allah SWT.
Oleh karena itu, sesungguhnya salah
satu prinsip dari pelayanan dan penyuluhan atau konseling islam ialah
memberikan pelajaran kepada orang lain secara terus menerus mengenai tata cara
hidup yang baik, yang dapat membantunya dalam meraih kehidupan yang sukses
sesuai dengan ketentuan etika atau norma yang dianutnya (ajaran islam).
Ketentraman dan kebahagiaan yang didapatkanya merupakan kenikmatan
rohani/spiritual yang tinggi karena kedekatan hubunganya dengan tuhan dan
dengan sesama manusia.
Dalam aktivitas dakwah islam pada
dasarnya kegiatan membimbing dan menyuluh merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan belajar dan mengajar, agar anak bimbing (terbimbing)
mampu meningkatkan kemampuan dirinya dan dapat pula menetapkan pilihan
hidupnya.
B. Hubungan
Pedagogi dengan BK
Landasan
pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan:
1). Pendidikan sebagai upaya
pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan
pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia.
Seorang manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya
hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu
tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya,
kesosilaanya dan keberagamaanya.[3]
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2).
Pendidikan sebagai inti proes bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan
proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil
sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika
Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan
Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……, belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh,
Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang
baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3).
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat
tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal
itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi
aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan
kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta
kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
(SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil
bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada
umumnya.
C. Tujuan
Pedagogi
Dalam
pengertian diatas jelas disebutkan bahwa bimbingan sebagai salah bentuk upaya
pendidikan. Oleh sebab itu, apapun pembicaraan tentang bimbingan termasuk
konseling tidak boleh lepas dari hakikat pendidikan. Dengan demikian, dalam
pelayanan bimbingan dan konseling harus terkandung aspek-aspek pendidikan,
seperti:
1).
Usaha sadar dari pembimbing atau konselor kepada pendidik ( klien ).
2).
Menyiapkan peserta didik ( klien ).
3).
Untuk perananya dimasa yang akan datang yang diwujudkan melalui tujuan-tujuan
bimbingan dan konseling.
Upaya bimbingan dan konseling atau
pencapaian tujuan-tujuan bimbingan dan konsleing tidak boleh menyimpang dari tujuan pendidikan
baik secara umum maupun khusus. Tujuan umum adalah yang dirumuskan dalam
undang-undang, sedangkan tujuan yang khusus adalah yang dirumuskan dalam
kurikulum yang diimplementasikan dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak
boleh menyimpang atau bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Maka
tujuan bimbingan dan konseling pada hakikatnya adalah agar klien lebih mantap
dan mendalam keberagamanya, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai sesuai dengan pengembangan kebutuhan dan pengembangan
dirinya, sehat jasmani dan rohaninya, mandiri, serta memiliki tanggung jawab
sosial kemasyaraktan dan kebangsaan.[4]
BAB
III
KESIMPULAN
Landasan
pedagogi mengemukakan bahwa antara pendidkan dan bimbingan memang dapat
dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling
merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikianlah, proses bimbingan dan
konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar dan
sifat normatif. Tujuan-tujuan pendidikan dan menunjang program-program
pendidikan secara menyeluruh.
DAFTAR
PUSTAKA
Prayitno
dan Amti, Erman. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:PT.
Asdi Mahasatya.
Tohirin.2007.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta:PT. Grafindo
Persada.
M.
Lutfi. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah.
W.S, Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo.
id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi
Nurihsan, Achmad Jntika. 2005. Strategi
Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung:PT. Refika Aditama.
www.google.com// id.shvoong.com
[2]
M.
Lutfi. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar